Inilah Perbedaan Soeharto dan Jokowi Ketika Menyambut Raja Arab Saudi

Info Terupdate- Pertama kalinya Presiden Joko Widodo menjemput langsung tamu negara di bandara. Tamu itu adalah Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz al-Saud. Dari mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma sampai Istana Bogor, penyambutan dilakukan secara luar biasa.

Kedatangan Raja Salman merupakan kunjungan balasan setelah sebelumnya Jokowi mendatanginya. Kala itu Jokowi juga diperlakukan secara spesial. Jokowi dijemput langsung di pintu pesawat oleh Raja Salman.

Tak hanya di bandara, di Istana Bogor pun Jokowi menyambut Raja Salman. Keduanya kembali cipika cipiki. Jokowi sampai basah kuyup karena hujan deras dan angin kencang.
Presiden Joko Widodo Bersama Raja Salman Ketika Tiba Di Bandara Halim Perdana Kusuma
Jokowi menganugerahkan Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia Adipurna kepada Raja Salman. Penyerahan tanda kehormatan tersebut didasarkan pada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22/TK/Tahun 2017.

Dalam sambutannya, Jokowi mengatakan, Arab Saudi adalah salah satu negara yang mengakui Indonesia merdeka. "Kita tidak pernah lupa bahwa Arab Saudi merupakan satu dari tujuh negara Arab pertama yang memberi pengakuan terhadap kemerdekaan Indonesia pada tahun 1947," kata Jokowi, Rabu (1/3).

Di depan Raja Salman, Jokowi mengatakan, Indonesia adalah negara berpenduduk muslim paling besar di dunia. Oleh sebab itu, Indonesia dan Arab Saudi tentu memiliki ikatan khusus.

"Indonesia dan Arab Saudi adalah dua negara besar yang memiliki pengaruh penting di kawasan. Sudah selayaknya dua negara kita dapat terus meningkatkan kerjasama, baik dalam konteks bilateral maupun internasional," tutur Jokowi.

Kedatangan Raja Salman adalah Raja Saudi kedua yang datang ke Tanah Air. Lawatan terakhir Raja Arab Saudi, terjadi tahun 1970 saat Raja Faisal bin Abdulaziz Al Saud mengunjungi Presiden Soeharto.

Saat itu kondisi Timur Tengah masih panas. Negara-negara Arab baru saja terlibat perang enam hari melawan Israel. Raja Faisal adalah salah satu yang mengobarkan seruan jihad pada negara zionis tersebut.

Saat menyambut Raja Faisal di Istana Negara, Presiden Soeharto menegaskan sikap pemerintah Indonesia yang sepenuhnya berdiri di pihak bangsa Arab dalam perjuangan melawan Israel.

"Indonesia telah mengusahakan dengan segala jalan dan melalui berbagai forum agar Resolusi Dewan Keamanan PBB tahun 1967 dilaksanakan sepenuhnya. Indonesia juga berusaha agar hasil-hasil Konferensi Jeddah yang diprakarsai Raja Faisal dapat terlaksana demi penyelesaian krisis Timur Tengah," kata Presiden Soeharto saat itu seperti dikutip dari Pusat Data Jenderal Besar HM Soeharto.
Soeharto Bersama Raja Faisal
Dalam pidato balasannya Raja Faisal berterima kasih atas dukungan Indonesia terhadap perjuangan Bangsa Arab. Tak ada yang bisa mengingkari support pemerintah RI dalam perjuangan Bangsa Arab di Timur Tengah. Raja Faisal pun berharap hubungan antara kedua negara terus diperkuat dan dikembangkan.

"Hubungan yang telah terjalin ini bukan hanya pada saat terakhir ini, tetapi merupakan tradisi yang didasarkan atas kepercayaan kepada Allah dan Rasulullah," kata Raja Faisal.

Setelah acara makan malam, diadakan tukar-menukar cindera mata. Presiden Soeharto memberikan sebilah keris, senjata khas Indonesia. Pak Harto pun memberikan seekor macan yang sudah yang diawetkan. Sedangkan raja Faisal memberikan sebilah pedang Arab yang disepuh emas kepada Soeharto.

Keris senjata tradisional khas Indonesia, ditukar dengan sebilah pedang emas dari Tanah Arab. Dua-duanya simbol keberanian dan sifat ksatria.

0 Response to "Inilah Perbedaan Soeharto dan Jokowi Ketika Menyambut Raja Arab Saudi"

Post a Comment